Kematian dan Musnahnya Paket C

Keterampilan Pada Paket C SKB

Pemerintah dalam hal ini diwakili Kemendikbud sejak tanggal 10 Mei 2014 telah mensyahkan dan meresmikan SMA Terbuka yang dikhususkan bagi siswa kurang mampu dan daerah tertinggal. Lima syarat yang diajukan untuk menjadi siswa SMA terbuka mengindikasikan SMA Terbuka akan menggerus dan mengurangi pelan-pelan semua segmen Pendidikan Kesetaraan Paket C.

Jika dilihat secara nyata, persyaratan pertama untuk menjadi murid SMA Terbuka yaitu berasal dari daerah tertinggal, kedua memiliki keterbatasan ekonomi dan syarat ketiga mengalami kendala sosial. Persyaratan keempat yaitu memiliki keterbatasan waktu karena sudah membantu keluarganya, dan syarat yang terpenting yaitu usianya di atas 21 tahun.

“Kriteria anak-anak seperti itulah yang mendapat prioritas tertinggi menjadi siswa SMA terbuka,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Menengah Kemendikbud Indonesia Ahmad Jazidie saat peluncuran SMA Terbuka di Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/4).

Kelima persyaratan di atas biasanya selama ini menjadi sasaran peserta didik program Paket C Setara SMA. Boleh jadi segmen peserta didik Paket C akan tergerus oleh SMA Terbuka bahkan ini bisa dibilang sebagai cikal bakal kematian program-program paket C, karena kita akan kehilangan warga belajar dan user yang membutuhkannya.

Jika berpikir positif SMA Terbuka, yang kini sedang dikembangkan di enam provinsi, akan menjadi salah satu alternatif layanan pendidikan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan ijazah SMA. Melalui pikiran positif kita semestinya bersyukur karena masyarakat akan mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas, karena pembelajaran berbasis online. Setiap siswa akan diberi pinjaman tablet agar dapat mengakses materi pembelajaran yang dilakukan secara online.

Proses pembelajaran SMA Terbuka 50% dilakukan jarak jauh dengan menggunakan tablet dan 50% tatap muka di sekolah. Sangat keren, karena anak-anak bisa kemana-mana bawa tablet, sementara kita sendiri masih menggunakan laptop yang jadul.

Hal yang menarik adalah pernyataan Ahmad Jazidie “Jadi Insya Allah kemungkinan jual beli ijazah atau ijazah palsu tidak ada.” Apakah pernyataan ini merupakan sindiran terhadap mafia-mafia di Pendidikan Nonformal ini, atau sentilan pada para pengelola program Paket C yang selama ini melakukan mall praktek UNPK dan Pembagian izasah kilat?

Jika betul, berarti kepercayaan terhadap program Paket C ini memang sudah mencapai batas pada titik nadir terendah. Namun alasan tersebut rasanya tidak bijak jika dijadikan alasan dengan arogan membuka layanan SMA Terbuka dan meminggirkan program Paket C secara menyakitkan.

Walaupun segmen program Paket C akan tergerus, namun pemerintah tetap memiliki kewajiban untuk membina dan mengembangkan Paket C sesuai dengan yang diharapkan. Atau sebaiknya pemerintah berfikir lebih mendalam, jangan malah dibunuh pelan-pelan. Kalau mau dihapus, dihapus sekalian.

Bagi kita yang mengabdikan diri pada pendidikan Nonformal yang selama ini berjuang sungguh-sungguh di Program-program Paket C, mati pelan-pelan lebih sakit dibanding dibunuh tiba-tiba. Paling yang menangis adalah ahli waris. Itu pun jika masih memiliki ahli waris!!.

Sumber: http://fauziep.com dengan sedikit perubahan dan penambahan.